GEOLOGI REGIONAL CEKUNGAN OMBILIN

GEOLOGI REGIONAL CEKUNGAN OMBILIN

A. Struktur Geologi 

Menurut Situmorang dkk (1991) secara umum Cekungan Ombilin dibentuk oleh dua terban berumur Paleogen dan Neogen, dibatasi oleh sesar Tanjung Ampalu berarah utara-selatan. Menurut Hastuti, dkk (2001) terdapat 5 fase tektonik yang bekerja di cekungan Ombilin pada saat Tersier seoerti pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 1. Tektonostratigrafi Cekungan Ombilin (Hastuti, dkk, 2001)
Gambar 1. Tektonostratigrafi Cekungan Ombilin (Hastuti, dkk, 2001)

Skema perkembangan Cekungan Ombilin dari Pra-Tersier sampai dengan sekarang sebagai strike slip basin adalah seperti di gambar 2. Continue reading “GEOLOGI REGIONAL CEKUNGAN OMBILIN”

STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF

STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF

A. Struktur Batuan Metamorf

Adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau orientasi unit poligranular batuan tersebut. (Jacson, 1997).  Secara umum struktur batuan metamorf dapat dibadakan menjadi struktur foliasi dan nonfoliasi (Jacson, 1997).

1. Struktur Foliasi

Merupakan kenampakan struktur planar pada suatu massa. Foliasi ini dapat terjadi karena adnya penjajaran mineral-mineral menjadi lapisan-lapisan (gneissoty), orientasi butiran (schistosity), permukaan belahan planar (cleavage) atau kombinasi dari ketiga hal tersebut (Jacson, 1970).

Struktur foliasi yang ditemukan adalah :

1a. Slaty Cleavage

Umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir sangat halus (mikrokristalin) yang dicirikan oleh adanya bidang-bidang belah planar yang sangat rapat, teratur dan sejajar. Batuannya disebut slate (batusabak). Continue reading “STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF”

KERANGKA TEKTONIK DAN PERKEMBANGAN STRUKTUR CEKUNGAN SUMATRA SELATAN

KERANGKA TEKTONIK DAN PERKEMBANGAN STRUKTUR CEKUNGAN SUMATRA SELATAN

Kerangka Tektonik Sumatra

Pulau Sumatra terletak di baratdaya dari Kontinen Sundaland dan merupakan jalur konvergensi antara Lempeng Hindia-Australia yang menyusup di sebelah barat Lempeng Eurasia/Sundaland. Konvergensi lempeng menghasilkan subduksi sepanjang Palung Sunda dan pergerakan lateral menganan dari Sistem Sesar Sumatra.

Gambar Pembentukan Cekungan Belakang Busur di Pulau Sumatra (Barber dkk, 2005).
Gambar 1. Pembentukan Cekungan Belakang Busur di Pulau Sumatra (Barber dkk, 2005).

Subduksi dari Lempeng Hindia-Australia dengan batas Lempeng Asia pada masa Paleogen diperkirakan telah menyebabkan rotasi Lempeng Asia termasuk Sumatra searah jarum jam. Perubahan posisi Sumatra yang sebelumnya berarah E-W menjadi SE-NW dimulai pada Eosen-Oligosen. Perubahan tersebut juga mengindikasikan meningkatnya pergerakan sesar mendatar Sumatra seiring dengan rotasi. Subduksi oblique dan pengaruh sistem mendatar Sumatra menjadikan kompleksitas regim stress dan pola strain pada Sumatra (Darman dan Sidi, 2000). Karakteristik Awal Tersier Sumatra ditandai dengan pembentukkan cekungan-cekungan belakang busur sepanjang Pulau Sumatra, yaitu Cekungan Sumatra Utara, Cekungan Sumatra Tengah, dan Cekungan Sumatra Selatan (Gambar 1). Continue reading “KERANGKA TEKTONIK DAN PERKEMBANGAN STRUKTUR CEKUNGAN SUMATRA SELATAN”

PENGARUH SESAR TERHADAP PERMEABILITAS BATUAN RESERVOIR PANASBUMI

PENGARUH SESAR TERHADAP PERMEABILITAS BATUAN PADA MEDAN PANASBUMI

 

ABSTRAK

Wilayah Indonesia mempunyai potensi panasbumi yang sangat besar. Hal ini merupakan dampak positif dari letak Indonesia yang dilalui oleh jalur gunungapi (ring of fire). Sedangkan keberadaan sistem panas bumi umumnya berkaitan erat dengan kegiatan vulkanisme dan magmatisme. Dimana sistem panas bumi biasanya berada daerah busur vulkanik (volcanic arc) dari sistem tektonik lempeng. Daerah vulkanik mempunyai lithologi dominan berupa batuan beku, selain itu pula daerah vulkanik mempunyai struktur geologi yang kompleks. Batuan beku merupakan batuan yang mempunyai permeabiliatas primer yang kecil. Karena proses deformasi yang menyebabkan adanya rekahan, batuan beku yang awalnaya mempunyai permeabilitas total yang kecil akan menjadi mempunyai permeabilitas total yang lebih besar.

Katakunci: Struktur, Sesar, Permeabilitas, Panasbumi

1.         PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Secara umum medan panasbumi di Indonesia berasosiasi dengan daerah magmatik dan vulkanik. Karena pada daerah tersebut tersedia sumber panas bumi. Negara Indonesia yang berada di jalur ring of fire atau jalur gunungapi merupakan suatu wilayah yang memiliki potensi panas bumi.

Jalur gunungapi sepanjang pantai barat Pulau Sumatera menerus ke daerah selatan Pulau Jawa, memanjang hingga ke Pulau Bali dan Nusa Tenggara, kemudian berbelok ke arah utara ke Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku dan Kepulauan Filipina. Pembentukan busur vulkanik menjadi landasan terhadap besarnya potensi panas bumi, sekaligus peluang untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi di Indonesia (Iim dkk, 2006). Continue reading “PENGARUH SESAR TERHADAP PERMEABILITAS BATUAN RESERVOIR PANASBUMI”

SESAR (FAULT)

SESAR (FAULT)


Definisi-Definisi didalam Sesar

Sesar adalah rekahan atau zona rekahan pada batuan yang memperlihatkan peregeseran. Pergeseran pada sesar bisa terjadi sepanjang garis lurus (translasi) atau terputar (rotasi). Sesar merupakan struktur bidang dimana kedudukannya dinyatakan dalam jurus dan kemiringan.

Separation (pergeseran relatif semu) adalah jarak yang terpisah oleh sesar dan diukur pada bidang sesar. Komponen dari sparation dapat diukur pada arah tertentu, umumnya sejajar jurus atau arah kemiringan bidang sesar.

Slip (pergeseran relatif sebenarnya) adalah pergeseran relatif sebenarnya pada sesar, diukur dari blok satu keblok yang lain pada bidang sesar dan merupakan pergeseran titik-titik yang sebelumnya berimpit. Total pergeseran disebut juga ”Net slip”.

Throw (loncatan vertikal) adalah jarak yang diukur pada bidang vertikal dari slip/sparation.

Heave (loncatan Horizontal) adalah jarak yang diukur pada bidang horizontal.

Footwall adalah blok tubuh batuan yang terletak dibawah bidang sesar.

Hangingwall adalah blok tubuh batuan yang terletak di atas bidang sesar.

 

Klasifikasi Sesar

Sesar dapat diklasifikasikan dengan pendekatan geometri yang berbeda. Beberapa klasifikasi diantaranya adalah:

–     berdasarkan hubungan dengan struktur lain (sesar bidang perlapisan, sesar longitudinal, sesar transversal).

–     berdasarkan pola kumpulan seasar (sesar radial, sesar pralel, sesar en echelon). Continue reading “SESAR (FAULT)”

Interpretasi Data Seismik 3-D

INTERPRETASI DATA SEISMIK 3-D


Pendahuluan

Jenis reservoir minyak dan gasbumi saat ini sangat beragam. Sehingga untuk melakukan eksporasi perlu suatu konsep eksploari yang tepat dan teknologi yang maju. Seismik merupakan suatu teknologi yang berkembang dalam bidang eksplorasi minyak dan gasbumi untuk mengetahui kondisi bawah permukaan.

Teknologi eksplorasi yang paling berkembang dalam kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi adalah seismik. Salah satu jenis survei seismik yang terkenal dan banyak digunakan adalah seismik 3-D. Survei seismik merupakan salah satu metode geofisika dengan menangkap respon batuan terhadap gelombang akustik yang diberikan. Tahapan kegiatan survei seismik adalah akuisisi, prosesing, dan kemudian dilanjutkan kegiatan interpretasi. Hasil yang diperoleh dari survei 3-D adalah berupa data volum atau 3-D. Tujuan dari penyusunan karya ini adalah mempelajari kelebihan data seismik 3-D daripada 2-D, mengetahui prinsip interpretasi struktur geologi dan stratigrafi dari data seismik 3-D, dan mengidentifikasi kehadiran hidrokarbon dari kenampakan data seismik. Continue reading “Interpretasi Data Seismik 3-D”

Geologi Zona Rembang

Geologi Zona Rembang


Geomorfologi

Zona ini meliputi pantai utara Jawa yang membentang dari Tuban ke arah timur melalui Lamongan, Gresik, dan hampir keseluruhan Pulau Madura. Merupakan daerah dataran yang berundulasi dengan jajaran perbukitan yang berarah barat-timur dan berselingan dengan dataran aluvial. Lebar rata-rata zona ini adalah 50 km dengan puncak tertinggi 515 m (Gading) dan 491 (Tungangan). Litologi karbonat mendominasi zona ini. Aksesibilitas cukup mudah dan karakter tanah keras.

Jalur Rembang terdiri dari pegunungan lipatan berbentuk Antiklinorium yang memanjang ke arah Barat – Timur, dari Kota Purwodadi melalui Blora, Jatirogo, Tuban sampai Pulau Madura. Morfologi di daerah tersebut dapat dibagi menjadi 3 satuan, yaitu Satuan Morfologi dataran rendah, perbukitan bergelombang dan Satuan Morfologi perbukitan terjal, dengan punggung perbukitan tersebut umumnya memanjang berarah Barat – Timur, sehingga pola aliran sungai umumnya hampir sejajar (sub-parallel) dan sebagian berpola mencabang (dendritic). Sungai utama yang melewati daerah penyelidikan yaitu S. Lusi, yang mengalir ke arah Baratdaya, melalui Kota Blora dan bermuara di Bengawan Solo. Continue reading “Geologi Zona Rembang”

Geologi Pegunungan Selatan

Geologi Pegunungan Selatan


1. Fisiografi dan Geomorfologi Regional

Menurut Van Bemmelen ( 1949, hal. 596), Pegunungan Kulon dilukiskan sebagai dome besar dengan bagian puncak datar dan sayap-sayap curam, dikenal sebagai “Oblong Dome”. Dome ini mempunyai arah utara timur laut – selatan barat daya, dan diameter pendek 15-20 Km, dengan arah barat laut-timur tenggara.

Sketsa Fisografi Jawa (Van Bemmmelen, 1949) dan Citraan Landsat (SRTM NASA, 2004)
Gambar Sketsa Fisografi Jawa (Van Bemmmelen, 1949) dan Citraan Landsat (SRTM NASA, 2004)

Di bagian utara dan timur, komplek pegunungan ini dibatasi oleh lembah Progo, dibagian selatan dan barat dibatasi oleh dataran pantai Jawa Tengah. Sedangkan di bagian barat laut pegunungan ini berhubungan dengan deretan Pegunungan Serayu.

Continue reading “Geologi Pegunungan Selatan”

Geologi Pegunungan Kendeng

Zona Kendeng

Geologi Pegunungan Kendeng

Fisiografinya

Gambar Sketsa Fisografi Pulau Jawa Bagian Timur (de Genevraye and Samuel, 1972)

 

Zona Kendeng  juga sering disebut Pegunungan Kendeng dan adapula yang menyebutnya dengan Kendeng Deep, adalah antiklinorium berarah barat-timur. Pada bagian utara berbatsan dengan Depresi Randublatung, sedangkan bagian selatan bagian jajaran gunung api (Zona Solo). Zona Kendeng merupakan kelanjutan dari Zona Pegunungan Serayu Utara yang berkembang di Jawa Tengah. Mandala Kendeng terbentang mulai dari Salatiga ke timur sampai ke Mojokerto dan menunjam di bawah alluvial Sungai Brantas, kelanjutan pegunungan ini masih dapat diikuti hingga di bawah Selat Madura.

Menurut Van Bemmelen (1949),  Pegunungan  Kendeng dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian barat yang terletak di antara G.Ungaran dan Solo (utara Ngawi), bagian tengah yang membentang hinggaJombang dan bagian timur mulai dari timur Jombang hingga Delta Sungai Brantas dan menerus ke Teluk Madura. Daerah penelitian termasuk dalam Zona Kendeng bagian barat.

Continue reading “Geologi Pegunungan Kendeng”