PENGERTIAN UMUM BATUAN SEDIMEN DAN KLASIFIKASINYA

PENGERTIAN UMUM BATUAN SEDIMEN DAN KLASIFIKASINYA

A. Batuan Sedimen di Bumi

Volume batuan sedimen dan termasuk batuan metasedimen hanya mengandung 5% yang diketahui di litosfera dengan ketebalan 10 mil di luar tepian benua, dimana batuan beku metabeku mengandung 95%. Sementara itu, kenampakan di permukaan bumi, batuan-batuan sedimen menempati luas bumi sebesar 75%, sedangkan singkapa dari batuan beku sebesar 25% saja. Batuan sedimen dimulai dari lapisan yang tipis sekali sampai yang tebal sekali. Ketebalan batuan sedimen antara 0 sampai 13 kilometer, hanya 2,2 kilometer ketebalan yang tersingkap dibagian benua. Bentuk yang besar lainnya tidak terlihat, setiap singkapan memiliki ketebalan yang berbeda dan singkapan umum yang terlihat ketebalannya hanya 1,8 kilometer. Di dasar lautan dipenuhim oleh sedimen dari pantai ke pantai. Ketebalan dari lapisan itu selalu tidak pasti karena setiap saat selalu bertambah ketebalannya. Ketebalan yang dimiliki bervariasi dari yang lebih tipis darim0,2 kilometer sampai lebih dari 3 kilometer, sedangkan ketebalan rata-rata sekitar 1 kilometer (Endarto, 2005 ).

Total volume dan massa dari batuan-batuan sedimen di bumi memiliki perkiraan yang berbeda-beda, termasuk juga jalan untuk mengetahui jumlah yang tepat. Beberapa ahli dalam bidangnya telah mencoba untuk mengetahui ketebalan rata-rata dari lapisan batuan sedimen di seluruh muka bumi. Clarke (1924) pertama sekali memperkirakan ketebalan sedimen di paparan benua adalah 0,5 kilometer. Di dalam cekungan yang dalam, ketebalan ini lebih tinggi, lapisan tersebut selalu bertambah ketebalannya dari hasil alterasi dari batuan beku, oksidasi, karonasi dan hidrasi. Ketebalan tersebut akan bertambah dari hasil rombakan di benua sehinngga ketebalan akan mencapai 2.200 meter. Volume batuan sedimen hasil perhitungan dari Clarke adalah 3,7 x 108  kilometer kubik (Clarke ,1924). Continue reading “PENGERTIAN UMUM BATUAN SEDIMEN DAN KLASIFIKASINYA”

Klasifikasi Batuan Karbonat Berdasarkan Tekstur Pengendapan Menurut Dunham (1962) dan Embry & Klovan (1971)

Klasifikasi Batuan Karbonat Berdasarkan  Tekstur Pengendapan Menurut Dunham (1962) dan Embry & Klovan (1971)


Klasifikasi Dunham (1962)Klasifikasi ini didasarkan pada tekstur deposisi dari batugamping, karena menurut Dunham dalam sayatan tipis, tekstur deposisional merupakan aspek yang tetap. Kriteria dasar dari tekstur deposisi yang diambil Dunham (1962) berbeda dengan Folk (1959).

Kriteria Dunham lebih condong pada fabrik batuan, misal mud supported atau grain supported bila ibandingkan dengan komposisi batuan. Variasi kelas-kelas dalam klasifikasi didasarkan pada perbandingan kandungan lumpur. Dari perbandingan lumpur tersebut dijumpai 5 klasifikasi Dunham (1962). Nama nama tersebut dapat dikombinasikan dengan jenis butiran dan mineraloginya. Batugamping dengan kandungan beberapa butir (<10%) di dalam matriks lumpur karbonat disebut mudstone dan bila mudstone tersebut mengandung butiran yang tidak saling bersinggungan disebut wackestone. Lain halnya apabila antar butirannya saling bersinggungan disebut packstone / grainstone.

Packstone mempunyai tekstur grain supported dan punya matriks mud. Dunham punya istilah Boundstone untuk batugamping dengan fabrik yang mengindikasikan asal-usul komponenkomponennya yang direkatkan bersama selama proses deposisi. Continue reading “Klasifikasi Batuan Karbonat Berdasarkan Tekstur Pengendapan Menurut Dunham (1962) dan Embry & Klovan (1971)”

PETROLOGI DAN FAKTOR LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUAN KARBONAT

PETROLOGI DAN FAKTOR LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUAN KARBONAT

Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang mempunyai komposisi yang dominan (lebih dari 50%) terdiri dari garam-garam karbonat, yang dalam prakteknya secara umum meliputi Batugamping dan Dolomit. Proses Pembentukannya dapat terjadi secara insitu, yang berasal dari larutan yang mengalami proses kimiawi maupun biokimia dimana pada proses tersebut, organism turut berperan, dan dapat pula terjadi butiran rombakan yang telah mengalami transportasi secara mekanik dan kemudian diendapkan pada tempat lain, dan pembentukannya dapat pula terjadi akibat proses diagenesa dari batuan karbonat yang lain (sebagai contoh yang sangat umum adalah proses dolomitisasi, dimana kalsit berubah menjadi dolomite). Seluruh proses pembentukan batuan karbonat tersebut terjadi pada lingkungan laut, sehingga praktis bebas dari detritus asal darat. Continue reading “PETROLOGI DAN FAKTOR LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUAN KARBONAT”

Klasifikasi, Deskripsi Petrologi, Komposisi, dan Petrogenesa Rijang (Chert)

Klasifikasi, Deskripsi Petrologi, Komposisi, dan Petrogenesa Rijang (Chert)

 

Dasar Penamaan (Klasifikasi) Chert

Chert adalah penamaan umum yang digunakan untuk batuan siliceous sebagai sebuah kelompok (grup), namun ada yang mengaplikasikannya untuk tipe spesifik dari chert (Boggs, 1987).

Batuan Sedimen Siliceous dapat dibagi berdasarkan kenampakan secara kasar (gross morphology) kedalam dua tipe mendasar: (1) Bedded cher (2) Nodular chert. Bedded chert lebih lanjut dibedakan oleh content dari organisme siliceous yang bermacam-macam jenisnya. Mineralogi tidak dapat digunakan untuk menjadi dasar pengklasifikasian batuan sedimen siliceous karena  batuan jenis ini semua kandungan utamanya adalah kuarsa yang berukuran halus (chert) (Boggs, 1987).

Menurut Boggs (1987), klasifikasi chert adalah sebagai berikut:

1. Bedded Chert

  • Diatomaceous Chert
  • Radiolarian Chert
  • Spicular Chert
  • Few or Non Fossiliferous Chert

2. Nodular chert

Continue reading “Klasifikasi, Deskripsi Petrologi, Komposisi, dan Petrogenesa Rijang (Chert)”

Klasifikasi Indeks Energi Batugamping Plumley et al (1962)

Klasifikasi Indeks Energi Batugamping Plumley et al (1962)


Klasifikasi batuan karbonat menurut Plumley et al (1962) adalah klasifikasi batuan karbonat yang berdasarkan indeks energi. Indeks energi ini merupakan salah satu parameter penting di dalam menentukan lingkungan pengendapan batuan karbonat.

Pembagian indeks energi tersebut adalah sebagai berikut: Continue reading “Klasifikasi Indeks Energi Batugamping Plumley et al (1962)”